Sebagai pelengkap senjata tradisional mandau, masyarakat Suku Dayak menggunakan talawang, yaitu perisai dalam medan perang. Seperti mandau, talawang adalah warisan budaya yang berasal dari keyakinan spiritual masyarakat suku Dayak terhadap kekuatan mistis. Selain itu, talawang juga memiliki nilai estetika yang terpancar melalui motif ukirannya.
Talawang dibuat dari kayu ulin atau kayu besi, dan kadang-kadang menggunakan kayu liat. Kayu ini menjadi bahan utama yang sering digunakan dalam pembuatan talawang. Pilihan kayu tersebut tidak hanya karena ringannya, tetapi juga karena daya tahan yang mampu bertahan selama berabad-abad.
Sebagai perisai umumnya, talawang memiliki bentuk persegi panjang dengan ujung yang runcing di bagian atas dan bawahnya. Panjang talawang berkisar antara 1 hingga 2 meter dengan lebar maksimal 50 sentimeter. Permukaan luar talawang dihiasi dengan ukiran yang mencerminkan kebudayaan Suku Dayak, sementara di dalamnya terdapat pegangan.
Dalam kepercayaan tradisional, ukiran pada talawang diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat membangkitkan semangat dan memberikan kekuatan kepada pemiliknya. Motif yang sering diukir pada talawang adalah burung tingang, yang dianggap suci oleh Suku Dayak. Motif kamang juga sering dijadikan pilihan dalam ukiran talawang. Kamang melambangkan roh nenek moyang Suku Dayak, digambarkan sebagai sosok yang duduk dengan cawat dan wajah merah. Meskipun setiap sub-suku Dayak memiliki pemahaman tentang kebudayaan mandau dan talawang, warna dan motif ukiran pada talawang dapat bervariasi.
Seiring berjalannya waktu, talawang mengalami pergeseran peran dan nilai fungsinya. Jika pada masa lampau talawang digunakan sebagai perlindungan terakhir dalam peperangan, kini talawang lebih sering digunakan sebagai benda hias yang bernilai estetika dan juga memiliki nilai ekonomi. Sebuah talawang dengan motif indah bisa memiliki harga ratusan hingga jutaan rupiah, sejalan dengan keindahan motif yang ditawarkan oleh pembuatnya. Selain itu, bersama dengan mandau, talawang masih digunakan sebagai atribut dalam pertunjukan tari suku Dayak, seperti tari mandau dan tari pepatay.